TAKALAR, UJUNGJARI–Tatapannya nanar, tubuhnya bergetar. Berbekal sapu ijuk, pria paruh baya berusia sekitar 56 tahun itu, terlihat sibuk membersihkan dedaunan yang berserakan di depan rumah warga, tepat di depan Kantor Desa Topejawa, Kecamatan Mangngarabombang, Kabupaten Takalar.

Satuang Daeng Sese, begitu ia disapa. Dengan logat khas Makassar yang kental, pria bertubuh dekil serta berbaju lusuh ini, telah hampir empat tahun hidup sebatang kara. Saban hari, dia tinggal di sebuah gubuk reot yang pada pagi harinya difungsikan sebagai warung penjual nasi kuning depan kantor desa. Ukuran gubuk itu berkisar satu kali dua meter dengan dinding bagian atas yang jebol. Untuk menyambung hidup, Daeng Sese hanya mengandalkan belas kasih serta rasa peduli dari membersihkan pekarangan rumah warga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mirisnya, Daeng Sese mengaku tak pernah  menerima satu pun bantuan sosial dari pemerintah, baik tingkat desa, kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat. Kondisi ini jelas menjadi ironi di tengah masyarakat Takalar yang kerap mendengungkan kesejahteraaan rakyat.

Daeng Sese ketika ditemui, Ahad (11/05/2025) mengaku, hidup sebarang kara pasca kedua orangtuanya wafat. Menurutnya, hidup sendiri serta telantar tak membuatnya harus menjadi pengemis. Terkadang yang membuat dia sedih serta gundah gulana, sejumlah warga kerap melayangkan cemohan bahkan hinaan.

Dengan mata berkaca kaca dia mengisahkan, dirinya pernah diusir dari Desa Topejawa, lantaran menganiaya seorang pemuda setempat yang kerap mengganggunya saat tidur malam di warung jualan warga. Insiden itu membuat puluhan warga berang. Karena terus terusan menerima ancaman dari keluarga korban, dia pun memilih pergi meninggalkan Desa Topejawa.

Namun, karena tidak tenang hidup di kampung orang, saat situasi mulai tenang dia pun, memilih kembali ke Topejawa dan lagi lagi hidup sebatang kara. Kini Daeng Sese  menjalani kerasnya kehidupan, meski memiliki sejumlah sanak famili di desa tersebut, dia tak mau menjadi beban hidup keluarga, dan lebih memilih sendiri meski harus bertahan dari panasnya terik matahari serta dinginnya malam di dalam gubuk warung berukuran 1  kali dua meter.

Kepala Desa Topejawa, Arman Siantang yang dikonfirmasi, Senin 12 Mei 2025, sama sekali tidak menampik soal keberadaan Daeng Sese.

“Baru baru lagi  diusir dari warga karena memukul anak anak,” kata Arman Siantang melalu pesan singkat whatsapp.

Soal bantuan, kata Arman Siantang, ada beberapa warga yang seperti Daeng Sese, tapi masih antri dan belum dapat giliran mengingat adanya efisiensi anggaran serta mandatoring yang banyak.

” Lagian juga banyak keluarganya di sini yang mampu tapi  tidak tahu kenapa tidak tinggal di rumah  keluarganya,”  kata Kades Topejawa.

Terpisah, Kepala Dinas Sosial dan PMD Kabupaten Takalar, Andi Rijal Mustamin yang dikonfirmasi mengaku terkejut dengan adanya informasi warga telantar. “Makasih infonya, kami tindak lanjuti. Saya sampaikan segera ke tim untuk segera dilakukan assesment,” tegas Andi Rijal. (*)