GOWA, UJUNGJARI.COM — Selama event Beautiful Malino (BM) berjalan lima hari pada 9-13 Juli 2025 lalu, Pemerintah Kecamatan Tinggimoncong banyak menerima masukan dari pengunjung. Masukan itu didominasi keluhan terkait fasilitas serta hilangnya kecantikan Malino sebab tidak ada lagi simbol bunga padahal Malino dikenal sebagai kota bunga.
Menyikapi banyaknya masukan tersebut, Camat Tinggimoncong Andi Aso Manuntungi Ambarala kepada ujungjari.com pada Rabu (16/7) di sela mengikuti rapat paripurna DPRD Gowa mengatakan, atasnama Pemerintah Kabupaten Gowa tentu pihaknya sebagai Pemerintah Kecamatan Tinggimoncong mengapresiasi segala masukan dari pengunjung.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari segala masukan dan keluhan baik positif maupun negatif bagi pemerintah kecamatan akan dijadikan dasar untuk pembenahan menuju BM pada 2026 mendatang.
Dikatakan Andi Aso, sejak BM diselenggarakan, masyarakat Tinggimoncong sangat bergembira. Pendapatan masyarakat lokal selama event melonjak drastis.
“Mereka (masyarakat) dengan senang hati menjamu para tamu yang datang. Mereka berpartisipasi menjaga kekondusifan Malino selama pra, pelaksanaan hingga event selesai. Antusiasme masyarakat terlihat dengan ikutnya mereka memberikan kenyamanan dan keramahan serta keamanan sehingga kota Malino tetap kondusif, ” kata Andi Aso.
Untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat pada BM ke-VII pada 2026 mendatang, selaku pemerintah kecamatan akan melakukan prepare atau persiapan lebih baik.
“Salah satu keluhan paling tinggi adalah moda transportasi lokal. Pada BM kemarin, program moda transportasi lokal yang kami siapkan berupa ojek motor tidak terfasilitasi optimal. Atribut untuk ojek terbatas. (Atribut ini resmi dikeluarkan EO untuk memudahkan para ojek mengakses jalan tanpa hambatan petugas jaga). Padahal ini kesempatan bagi para ojek lokal untuk mendapatkan pendapatan selama event. Juga agar pengunjung yang tidak memiliki kendaraan bisa mengakses titik kunjungan ke venue event ke titik lainnya. Makanya salah satu prioritas kami nanti di BM 2026 adalah moda transportasi lokal ini. Kita akan maksimalkan, ” kata Camat Tinggimoncong.

Selain itu tambah camat, Pokdarwis (kelompok sadar wisata) juga akan diaktifkan kembali yang sekian lama fakum. Pokdarwis ini akan diaktifkan untuk melakukan pembenahan di berbagai hal. Diantaranya adalah menggiatkan kembali penanaman bunga di semua ruas kota dan lokasi menuju obyek wisata.
“Kami juga menerima banyak masukan terkait Malino sebagai kota bunga namun bunganya tidak nampak. Hanya varietas Sirih Merah yang ada namun itu juga terbatas. Bunga Spatodea menjadi ikon Malino namun bunga ini berasal dari pohon tinggi bukan di dasar. Karena itu kita akan aktifkan Pokdarwis yang akan melakukan penataan bunga-bunga. Jadi sifatnya kami akan melakukan swadaya pengembangan Malino kota Bunga melalui peran Pokdarwis ini, ” jelasnya.
Meski banyak masukan dan keluhan namun atas nama Pemerintah Kecamatan Tinggimoncong, Andi Aso menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap lapisan masyarakat Kecamatan Tinggimoncong yang telah membantu mensukseskan pelaksanaan event Beautiful Malino.
“Atasnama pemerintah kecamatan, kami mengapresiasi segala daya upaya dan dukungan segenap lapisan masyarakat Tinggimoncong dalam mendukung dan mensukseskan BM, terkhusus dukungan masyarakat dalam menjaga stabilitas dan kondusifitas wilayah kecamatan. Pengunjung menikmati Malino tanpa gangguan apapun dan keramahan masyarakat. Alhamdulillah masyarakat Tinggimoncong terkhusus Malino semua merasakan dampak ekonomi yang baik. Perputaran ekonomi selama event berdampak bagi masyarakat kami. Semua penginapan baik villa, wisma hingga homestay full booking. Tentunya kesejahteraan masyarakat kami luar biasa. Semoga event BM tahun depan, kami lebih siap lagi, ” tutur Camat Tinggimoncong.
Sekadar diketahui jumlah penginapan di Tinggimoncong sebanyak 207 unit dan tersebar di beberapa wilayah kelurahan. Secara rinci di Kelurahan Pattapang 36 unit, Kelurahan Buluttana 20 unit, Kelurahan Bontolerung 6 unit, Kelurahan Malino 145 unit. Semua penginapan dari kelas bawah hingga kelas menengah terisi full pengunjung.
Selain penginapan kata Andi Aso, yang banyak mendulang cuan di Malino adalah pedagang makanan lokal dan UMKM lokal (non pengisi tenant Bazaar Kuliner) khususnya yang ada di pinggir jalan di semua titik wilayah Malino. Juga para pedagang buah, ikan Palluce’la dan penjual cendol khas Malino serta hasil bumi lainnya di Pasar Malino.
“Namun yang jelas, event tahun ini menjadi pengalaman kami untuk melakukan pembenahan dan persiapan lebih baik di BM tahun 2026 nanti, ” kata Andi Aso.
Salah satu penjual jajanan khas cendol Malino, Sapri pemilik kedai Annisa Cendol Malino mengaku pendapatannya saat event bertambah meski tidak setiap hari. Kedainya baru banjir pengunjung saat akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu (penghujung event). Selama dua hari weekend itu dia bersama istrinya membuat cendol 50 Kg. Hari sebelumnya hanya 20 Kg saja.
“Kalau weekend hari biasa kadang kami bikin cendol hanya 10-15 Kg. Tapi saat event kami membuatnya kisaran 20 Kg. Dan pada akhir pekan saat event berakhir kami produksi sampai 50 Kg. Memang pengunjung minat belinya nanti setelah balik ke rumahnya ke Makassar atau ke Sungguminasa. Jadi ole ole ki,” kata Sapri.
Sapri mengaku omzet cendolnya lebih besar jika saat event Beautiful Malino. Pendapatannya jelas besar jika membuat sampai 50 Kg dengan harga per gelas dibandrolnya Rp10 ribu saja. Per 1 Kg cendol bisa sampai 20 gelas. –


