GOWA, UJUNGJARI.COM — Sekretaris Kabupaten Gowa Andy Azis Peter yang membuka bimbingan teknis (bimtek) Kepenulisan Konten Berbasis Budaya Lokal 2025 tahap I berharap para pustakawan dan pegiat literasi yang menjadi peserta mampu meningkatkan skill dan kreatifitas dalam membuat kepenulisan konten berbasis budaya lokal tersebut.
Hal itu ditekankan Andy Azis dihadapan puluhan peserta bimtek yang akan mengikuti bimtek selama tiga tahapan ini di Baruga Karaeng Pattingaloang Pemkab Gowa, Rabu (3/9.
Bimtek tahap I yang menghadirkan narasumber dari akademisi Unhas yakni Dr Sumarlin Rengko HR ini menurut Sekkab Gowa dalam bimtek ini para peserta akan belajar tentang teknik penulisan, penggalian data budaya hingga penyuntingan naskah.
“Beberapa item kegiatan dalam bimtek ini harus dipahami sebagai dasar membuat kepenulisan konten terbaik. Kenapa? Karena hasil dari kegiatan ini akan kita bukukan dalam bentuk antologi budaya lokal bekerja sama dengan Perpusnas Press. Kenapa mesti dibukukan? Karena diharapkan karya-karya kita semua dapat dibaca, disimpan dan diwariskan untuk generasi kita mendatang, ” terang Andy Azis.
Dikatakan Sekkab Gowa, di Kabupaten Gowa (suku Makassar) dikenal sebuah filosofi yakni Sipakatau, Sipakainya dan Sipakalabiri’. Sipakatau berarti saling memanusiakan, Sipakainga artinya saling mengingatkan dan Sipakalabbiri’ mengandung saling menghargai.
“Nilai-nilai inilah yang hendaknya menjadi jiwa dalam setiap tulisan peserta bimtek. Tentunya budaya lokal seperti inilah yang lahir dari buah tulisan tangan peserta baik pustakawan, pegiat literasi maupun penulis. Dengan begitu karya kita tidak hanya memperkaya pengetahuan tapi juga menebarkan harmoni saling menghormati dan saling menguatkan. Karena itu saya
mengajak seluruh peserta untuk mengikuti kegiatan ini dengan penuh semangat dan memanfaatkan ilmu yang dibagikan oleh para narasumber yang berpengalaman. Juga jadikan kearifan lokal Gowa sebagai sumber inspirasi dalam berkarya. Insya Allah tulisan kalian menjadi warisan intelektual yang berharga memperkuat identitas budaya kita sekaligus menginspirasi bangsa, ” papar Sekkab Gowa.
Tentang bimtek ini dijelaskan detil oleh Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gowa Suhriati. Dijelaskannya, bimtek ini dilakukan tiga tahapan dan diisi tiga narasumber secara bergantian.
“Jadi bimtek ini dilakukan tiga tahap, setiap tahap satu narasumber. Setelah bimtek hari ini maka dilanjutkan pada tahap II pada 11 September dan tahap III pada 23 September,” jelas Suhriati didampingi Aswar Said (Kabid Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Perpustakaan Disperpusarsip Gowa) dan pelaksana dari kegiatan ini.
Suhriati mengatakan, bimtek ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas penulis pemula di Kabupaten Gowa, menumbuhkan penulis kreatif yang dapat melestarikan kearifan lokal melalui karya tulis, mengembangkan konten literasi berbasis budaya lokal untuk memperkaya koleksi perpustakaan dan membangun ekosistem kepenulisan yang berkelanjutan di Gowa.
Bimtek ini diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusarsip) Kabupaten Gowa sebagai bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten Gowa dalam meningkatkan animo masyarakat untuk gemar membaca.
Dalam setiap tahapan ada 60 peserta yang menjadi peserta. Para peserta akan dibimbing cara membuat narasi kepenulisan tentang konten budaya lokal. Hasil tulisan peserta nanti akan disatukan menjadi satu buku.
“Jadi isi bukunya bisa bentuk essai, sastra, cerpen, puisi dan lainnya. Buku itu nanti akan dicetak pada Oktober mendatang, ” kata Suhriati.
Bimtek kepenulisan ini mengusung tema ‘Menulis dari Akar Budaya, Menggali Kearifan Lokal Gowa Lewat Kata’. Sementara subtemanya meliputi tulisan tentang sejarah Gowa, Kesenian Gowa, tradisi dan budaya Gowa, kuliner Gowa, tempat wisata Gowa dan legenda suatu tempat.
“Jadi naskah tulisan yang peserta bimtek buat ini akan dibukukan lalu dimasukkan ke Perpustakaan Nasional sebagai Antologi. Karena itu peserta kira bekali dengan bimbingan teknis agar buah karyanya nanti terbaik apalagi akan masuk menjadi salah satu katalog di Perpustakaan Nasional. Tentu ini akan menjadi satu kebanggaan tersendiri dimana semua peserta memiliki satu karya didalam Antologi itu,” tambah Suhriati. –
