GOWA, UJUNGJARI.COM — Para pemerhati lingkungan dan masyarakat Kecamatan Tinggimoncong kini merasa prihatin setelah dua pohon tua dan sangat langka dan sudah berusia sekira 94 tahun atau hampir satu abad ditebang.
Ada dua batang pohon Spathodea atau masyarakat Malino menyebutnya bunga Pacco’pacco’ ditebang. Diketahui pohon Spathodea ini ditanam oleh Hindia Belanda di Malino pada tahun 1931 silam. Dari usia tanam dan tumbuhnya pohon ini telah menunjukkan usia tua.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Arifin selaku perwakilan Masyarakat Peduli Lingkungan Tinggimoncong sangat mengecam atas tindakan yang dilakukan oleh oknum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gowa.
Dari pemantauan Masyarakat Peduli Lingkungan, ada dua pohon Spathodea yang ditebang. Padahal diketahui pohon langka ini adalah ikon bagi kota wisata Malino.
Dua pohon berbunga merah cerah berbentuk kelopak cembung itu ditebang pihak Dinas LH Gowa pada 13 Oktober lalu.
“Mereka menebang tanpa melakukan kajian lingkungan dan sosial sebelumnya. Kami yakin dan percaya bahwa penebangan pohon ini tanpa sepengetahuan dan izin dari Bupati Gowa dalam hal ini Ibu Husniah Talenrang yang kami ketahui bahwa beliau adalah sosok yang sangat peduli terhadap pelestarian adat budaya dan lingkungan hidup. Olehnya itu kami sebagai pemerhati lingkungan sangat menyayangkan apa yang telah dilakukan oleh pihak oknum LH dan kami meminta kepada Ibu Bupati Gowa untuk mengevaluasi Dinas Lingkungan Hidup ini. Apalagi kami dapat info bahwa lokasi penebangan pohon tersebut akan dibangun minimarket. Ini tentu sangat merugikan bahkan akan mematikan usaha para UMKM yang ada di pusat kuliner yang baru diresmikan oleh Ibu Bupati Gowa pada Juli 2025,” kata Arifin kepada media ini.

Dikatakan Arifin, sejak dahulu masyarakat Malino sangat menjaga kelangkaan pohon Spathodea yang dikenal hanya ada di negara Belanda tersebut.
“Sampai saat ini Spathodea kami biarkan tumbuh alami dan beranak pinang di Malino. Untuk dipasangi pamflet atau baliho dan banner maupun spanduk, itu sangat dilarang apalagi untuk ditebang karena dua pohon Spathodea itu masih tumbuh subur meski usianya sudah hampir saru abad, ” kata Arifin.
Kecaman senada datang dari Ketua KNPI Kecamatan Tinggimoncong Muh Arfah. Arfah mengatakan, selama ini pohon
Spathodea menjadi ikon wisata dan peneduh jalan. Bunga yang indah dan pohonnya yang rindang membuatnya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain itu, pohon Spathodea juga memiliki makna khusus bagi masyarakat Malino.
“Saya Arfah Ketua KNPI Tinggimoncong sangat prihatin atas keindahan Malino kedepannya atas apa yang telah terjadi dengan adanya penebangan pohon Spathodea. Ditindaki sudah terlanjur, kita diam, jangan sampai terulang, ” kata Arfah.
Sementara itu Kadis LH Gowa Azhari Azis yang dikonfirmasi Jum’at (17/10) pagi mengatakan penebangan pohon Spathodea tersebut atas seizin komunitas pemerhati lingkungan hidup di Malino. Selain itu, kata Azhari pohon itu akhirnya ditebang karena kondisi sudah dimakan tua, dibagian tengah batang pohon sudah kosong (lubang besar) sehingga dikuatirkan sewaktu-waktu tumbang.
“Sebelum penebangan sudah dilakukan konfirmasi dan koordinasi ke beberapa pihak termasuk ke komunitas pemerhati lingkungan. Bahkan mereka semua ikut membantu dalam proses penebangan dan pembersihannya. Selain itu, kami sudah melakukan peremajaan awal dengan menanam 20 bibit pohon Spathodea baru di sekitar lokasi tersebut khususnya di sekitar kawasan pusat kuliner Malino,” kata Kadis LH Gowa.
Dikatakan Kadis LH, semua kegiatan pra penebangan telah dikoordinasikan oleh pihak LH yang turun langsung ke lapangan setelah pemilik lahan bermohon untuk ditebang.
“Jadi penebangan ini juga berdasarkan permohonan pemiliknya dikarenakan kondisi pohon yang sudah sangat tua dan keropos dibagian tengahnya sehingga ditakutkan sewaktu-waktu tumbang, ” jelas Kadis LH menjelaskan dasar penebangan dua pohon Spathodea yang ada di pinggir Jl Sultan Hasanuddin, Kota Malino, Kecamatan Tinggimoncong. –


