Site icon Ujung Jari

Pertumbuhan 5,5% di Pengujung 2025: Target Ambisius atau Prospek Realistis?

Oleh: Arifai Ilyas
Dosen STIE Bulungan Tarakan
Ketua DPW Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Kalimantan Utara
Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Tarakan Koordinator Kalimantan Utara

PEREKONOMIAN Indonesia terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan yang stabil pasca gejolak pandemi dan dinamika global yang masih berlangsung. Pemerintah dan berbagai lembaga ekonomi menempatkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,2–5,5% pada tahun 2025 sebagai salah satu sasaran yang mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi nasional.

Namun, target tersebut tentu memerlukan kajian lebih mendalam: apakah angka 5,5% di Kuartal IV tahun 2025 merupakan sebuah target yang realistis, atau justru terlalu ambisius di tengah ketidakpastian global?

Untuk menjawabnya, perlu dilakukan pembahasan yang mencakup kondisi struktural ekonomi Indonesia, peluang yang dapat dimaksimalkan, tantangan eksternal yang harus diwaspadai, serta strategi kebijakan yang diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan dalam jangka menengah.

Mengapa 5,5% Menjadi Angka yang Penting?

Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% bukan sekadar simbol optimisme. Ia mencerminkan upaya untuk mengembalikan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti sebelum pandemi. Selama satu dekade terakhir, perekonomian Indonesia relatif stabil dengan pertumbuhan di kisaran 5%. Namun pandemi COVID-19 mengakibatkan tekanan tajam pada perekonomian,
baik pada sisi permintaan maupun penawaran.

Dengan pulihnya konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi, dan membaiknya neraca perdagangan, pertumbuhan ekonomi kembali stabil di kisaran 5%. Target 5,5% di kuartal akhir 2025 bertujuan menegaskan pemulihan dan transformasi ekonomi menuju struktur yang lebih produktif dan berdaya saing.

Sumber Pertumbuhan yang Berpotensi Mendorong Target 5,5%

Ada beberapa faktor yang memberikan dasar optimisme bahwa target tersebut dapat dicapai:
1. Konsumsi Rumah Tangga Tetap Menjadi Penggerak Utama
Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% PDB Indonesia. Dengan meningkatnya indeks keyakinan konsumen, inflasi yang relatif terkendali, serta peningkatan pendapatan masyarakat akibat pemulihan pasar tenaga kerja, konsumsi domestik berpotensi tetap kuat.
2. Hilirisasi dan Industrialisasi Berbasis Sumber Daya Alam
Indonesia tengah mendorong hilirisasi mineral, perkebunan, dan energi sebagai strategi peningkatan nilai tambah. Investasi di sektor ini meningkat dari dalam dan luar negeri, dan pada 2025 beberapa proyek smelter, pabrik baterai listrik, dan industri pengolahan akan memasuki fase produksi penuh.
3. Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
Proyek-proyek strategis nasional, termasuk konektivitas antar wilayah, energi baru terbarukan, dan integrasi sistem logistik nasional, terus berjalan. Infrastruktur yang memadai akan meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing.
4. Transformasi Digital dan UMKM Go Digital
Ekonomi digital Indonesia adalah salah satu yang tumbuh tercepat di Asia Tenggara. Percepatan digitalisasi UMKM dapat memperluas akses pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi inklusif.

Tantangan Global: Seberapa Besar Pengaruhnya?

Meski peluang terbuka, tantangan eksternal tetap menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan.
1. Kebijakan Moneter Global
Meskipun The Federal Reserve mulai menurunkan suku bunga secara bertahap, ketidakpastian arah kebijakan moneter global masih tinggi. Volatilitas aliran modal dapat memengaruhi nilai tukar rupiah dan stabilitas pasar keuangan domestik.
2. Geopolitik dan Rantai Pasok Global
Ketegangan geopolitik di beberapa wilayah dunia dapat memicu tekanan harga energi dan pangan. Indonesia perlu memastikan pasokan dalam negeri tetap stabil dan inflasi tetap terkendali agar konsumsi masyarakat tidak terganggu.
3. Perlambatan Ekonomi Tiongkok
Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Perlambatan ekonomi negara tersebut dapat memengaruhi ekspor komoditas Indonesia seperti batubara, minyak sawit, dan nikel. Ketergantungan yang tinggi pada ekspor komoditas perlu diimbangi dengan diversifikasi pasar dan produk.

Tantangan Internal yang Tidak Boleh Diabaikan

Selain tantangan eksternal, faktor internal juga perlu mendapat perhatian agar pertumbuhan tidak hanya tinggi secara angka, tetapi juga berkualitas.

1. Produktivitas Tenaga Kerja
Meskipun bonus demografi menjadi peluang, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih perlu ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan vokasi, dan adopsi teknologi.

2. Inklusivitas Pertumbuhan
Ketimpangan regional dan sosial perlu diminimalkan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dirasakan merata hingga daerah tertinggal, perbatasan, dan pedesaan.

3. Efisiensi Birokrasi dan Kepastian Regulasi
Iklim investasi sangat dipengaruhi oleh kepastian kebijakan. Reformasi birokrasi, penyederhanaan perizinan, dan kepastian hukum bagi investor domestik dan asing perlu terus diperkuat.

Strategi Memastikan Pertumbuhan 5,5% Dapat Tercapai

Untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5% di kuartal akhir 2025, beberapa strategi utama perlu dijalankan secara konsisten:
1. Penguatan Sektor Riil dan Industri Pengolahan
Hilirisasi harus diperluas bukan hanya pada mineral, tetapi juga sektor pertanian, perikanan, dan hasil hutan. Diversifikasi industri lokal dapat meningkatkan ketahanan ekonomi.
2. Perluasan Pembiayaan Inklusif dan Pembiayaan Hijau
Sektor keuangan perlu memainkan peran lebih besar dalam mendukung UMKM, startup, dan industri hijau. Pendalaman pasar keuangan akan memperkuat struktur ekonomi.
3. Transformasi Digital yang Terarah
Pengembangan digital harus diiringi dengan perlindungan konsumen, keamanan data, serta peningkatan literasi digital untuk mencegah kesenjangan baru.
4. Peningkatan Kapasitas Fiskal dan Pengelolaan Anggaran yang Tepat Sasaran
Belanja negara harus diarahkan pada sektor produktif seperti pendidikan, kesehatan, riset, pertanian, dan infrastruktur strategis yang mendukung efek pengganda ekonomi (multiplier effect).

Harapan: Ambisi yang Realistis dengan Komitmen Kolektif

Pertumbuhan ekonomi 5,5% di penghujung 2025 bukanlah sekadar target angka. Ia adalah gambaran visi Indonesia untuk menjadi negara maju dengan ekonomi yang kuat, tangguh, dan inklusif. Target tersebut dapat dicapai apabila pemerintah, dunia usaha, lembaga keuangan, akademisi, dan masyarakat bergerak dalam satu arah.

Optimisme saja tidak cukup; perlu eksekusi kebijakan yang konsisten, pengawasan yang baik, dan komitmen untuk memperkuat daya saing nasional. Jika strategi pembangunan dilakukan dengan terukur dan kolaboratif, maka pertumbuhan 5,5% bukanlah mimpi yang terlalu tinggi melainkan prospek realistis yang dapat diwujudkan.

Exit mobile version