WASHINGTON– Dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Prof Dr Taruna Ikrar, M.Pharm., MD., Ph.D., melakukan pertemuan strategis dengan jajaran pimpinan US Food and Drug Administration (FDA) di Washington DC. Dalam kesempatan tersebut, Taruna Ikrar memaparkan konsep Triple Helix yang dikenal dengan singkatan ABG: Akademik, Bisnis, dan Government.
Konsep ABG ini merupakan pendekatan kolaboratif yang menekankan pentingnya sinergi antara tiga pilar utama pembangunan — kalangan akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah — dalam mendukung inovasi, penelitian, serta pengembangan industri obat dan makanan yang aman dan bermutu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kolaborasi antara akademik, bisnis, dan pemerintah bukan hanya penting, tetapi mutlak dibutuhkan untuk menjawab tantangan global di bidang kesehatan masyarakat,” ujar Taruna Ikrar. “Dengan sinergi yang kuat, kita dapat mempercepat inovasi, memperkuat regulasi, dan menciptakan sistem pengawasan obat dan makanan yang berstandar internasional.”
Dalam pertemuan tersebut, Taruna Ikrar didampingi oleh delegasi BPOM RI dan disambut oleh sejumlah pejabat senior FDA, termasuk perwakilan dari Office of Global Policy and Strategy serta Center for Drug Evaluation and Research (CDER). Kedua belah pihak mendiskusikan peluang kerja sama di bidang harmonisasi regulasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta pertukaran pengetahuan dan teknologi.
“Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan riset dan industri farmasi. Namun potensi ini hanya bisa dimaksimalkan jika ada sinergi kuat antar sektor,” tambah Taruna Ikrar.
Kunjungan kerja ini merupakan bagian dari upaya strategis BPOM RI dalam memperluas jejaring global serta memperkuat diplomasi kesehatan dan ketahanan obat dan makanan Indonesia di kancah internasional.