Oleh: Arifai Ilyas
Dosen STIE Bulungan Tarakan
Ketua DPW Asosiasi Dosen Indonesia Kalimantan Utara
Sekretaris ISEI Cabang Tarakan Koordinator Kalimantan Utara
DAERAH perbatasan bukan sekadar garis demarkasi geografis, melainkan simbol nyata dari hadirnya negara. Di sanalah, semangat kebangsaan, persatuan, dan kehadiran pemerintah diuji. Namun realitas seringkali menunjukkan kontras. Ketimpangan infrastruktur, keterbatasan akses pendidikan, layanan kesehatan, hingga rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) masih membayangi banyak kawasan perbatasan di Indonesia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal, sejatinya pembangunan SDM unggul di daerah perbatasan bukan hanya soal keadilan sosial, tetapi juga soal strategi nasional. Di era globalisasi dan persaingan geopolitik yang semakin intens, perbatasan harus menjadi etalase kemajuan, bukan titik rapuh. Maka dari itu, membangun SDM unggul di garis depan negeri adalah misi strategis yang tak bisa ditunda.
Potret SDM di Wilayah Perbatasan: Ketimpangan yang Mencolok
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), banyak daerah perbatasan masih tergolong wilayah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah. IPM diukur dari tiga dimensi utama: pendidikan, kesehatan, dan standar hidup layak. Ketiga indikator ini menunjukkan ketertinggalan signifikan di wilayah perbatasan dibanding kawasan perkotaan atau pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ini berimplikasi pada rendahnya produktivitas tenaga kerja, minimnya inovasi lokal, serta tingginya ketergantungan terhadap program bantuan sosial daripada penguatan kapasitas diri. Tanpa intervensi sistematis, perbatasan akan terus menjadi wilayah yang rentan dan tertinggal.
Urgensi SDM Unggul untuk Ketangguhan Perbatasan
Mengapa SDM unggul penting untuk ketangguhan perbatasan?
1. Kedaulatan Nasional: SDM yang cerdas, terampil, dan berjiwa nasionalis adalah garda terdepan dalam menjaga kedaulatan wilayah perbatasan dari infiltrasi budaya, ekonomi, dan politik asing.
2. Pemerataan Pembangunan: SDM unggul menjadi motor penggerak pembangunan lokal. Ketika warga perbatasan memiliki kapasitas, mereka akan menciptakan solusi, usaha, dan inovasi yang berakar dari kearifan lokal.
3. Stabilisasi Sosial dan Ekonomi: Penguatan SDM berarti memperkuat jejaring sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan keterampilan dan pendidikan yang memadai, masyarakat perbatasan akan lebih resilien terhadap krisis ekonomi dan dinamika global.
4. Daya Saing Regional: Kawasan perbatasan yang kuat SDM-nya dapat menjadi simpul ekonomi baru, termasuk dalam perdagangan lintas batas, pariwisata, dan industri kreatif berbasis lokal.
Strategi Membangun SDM Unggul di Daerah Perbatasan
Membangun SDM unggul di perbatasan membutuhkan pendekatan lintas sektor, berbasis kebutuhan lokal, dan berpandangan jangka panjang. Berikut beberapa strategi kunci yang perlu diterapkan:
1. Revolusi Pendidikan di Perbatasan
Pendidikan adalah fondasi utama SDM unggul. Pemerintah perlu menghadirkan sekolah-sekolah berkualitas dengan tenaga pendidik profesional dan infrastruktur yang memadai. Digitalisasi pendidikan juga menjadi jalan keluar dari keterbatasan geografis.
• Sekolah dengan Asrama: Membangun boarding school berbasis lokalitas untuk menjangkau anak-anak dari daerah terpencil.
• Pemanfaatan TIK: Memberdayakan platform pembelajaran daring yang dikombinasikan dengan dukungan internet satelit di daerah blank spot.
• Guru Berkualitas dan Sejahtera: Memberikan insentif layak bagi guru yang mengabdi di perbatasan serta pelatihan kompetensi secara berkala.
2. Pendidikan Vokasi dan Kewirausahaan Lokal
SDM unggul bukan hanya soal gelar akademis, tapi juga kemampuan produktif. Pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan potensi lokal seperti pertanian, perikanan, kerajinan, dan pariwisata berbasis komunitas harus digencarkan.
• Balai Latihan Kerja Perbatasan: Menghadirkan BLK dengan program pelatihan sesuai kebutuhan lokal.
• Inkubator Bisnis Desa: Mendorong lahirnya wirausaha muda berbasis koperasi atau usaha kecil menengah.
• Program Pemagangan Lintas Negara: Menyusun kerja sama magang dengan kawasan negara tetangga (misalnya Malaysia atau Kalimantan Utara) agar anak muda perbatasan memiliki pengalaman internasional.
3. Afirmasi Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini
Generasi unggul dimulai dari anak-anak yang sehat dan bergizi baik. Maka penguatan puskesmas, posyandu, serta program gizi anak dan ibu hamil menjadi sangat vital.
• Dokter dan Tenaga Kesehatan Permanen: Menjamin keberadaan dan kontinuitas layanan kesehatan primer di seluruh pos perbatasan.
• Transportasi Darurat Medis: Menyediakan ambulans air dan darat di kawasan terpencil.
• Kampanye Gizi Seimbang dan Literasi Kesehatan: Edukasi berkelanjutan kepada masyarakat tentang pentingnya nutrisi, sanitasi, dan pola hidup sehat.
4. Digitalisasi dan Konektivitas Perbatasan
Transformasi digital menjadi pendorong besar peningkatan kualitas SDM. Sayangnya, konektivitas internet di perbatasan masih lemah. Pemerintah harus mengakselerasi proyek infrastruktur TIK seperti Palapa Ring, BTS 4G, Starlink dan jaringan satelit di kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
• Desa Digital: Mengembangkan model desa digital yang mengintegrasikan layanan publik, pendidikan, dan ekonomi lokal.
• Literasi Digital Komunitas: Mendorong pelatihan digital untuk petani, nelayan, dan pelaku UMKM agar terhubung dengan pasar lebih luas.
• Gerakan Inovator Lokal: Menumbuhkan komunitas kreatif dan inovatif dari kalangan muda perbatasan melalui hackathon, festival inovasi, dan dukungan pendanaan.
5. Kolaborasi Multisektor dan Inklusif
Tak mungkin pembangunan SDM perbatasan hanya diserahkan pada satu kementerian atau lembaga. Dibutuhkan sinergi pemerintah pusat-daerah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil.
• Pendekatan Pentahelix: Memperkuat kolaborasi antara pemerintah, bisnis, perguruan tinggi, komunitas, dan media dalam membangun SDM perbatasan.
• CSR dan Investasi Sosial Swasta: Mengarahkan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan besar untuk mendukung pendidikan, pelatihan, dan infrastruktur SDM di wilayah perbatasan.
• Peran Diaspora dan Alumni: Mengaktivasi peran warga perbatasan yang telah sukses (alumni lokal) untuk menjadi mentor dan inspirator pembangunan.
Regulasi dan Kebijakan yang Mendukung
Instrumen kebijakan harus hadir sebagai payung dan pendorong implementasi strategi SDM perbatasan. Beberapa regulasi penting yang relevan antara lain:
• Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Perbatasan
• RPJMN 2020–2024 yang menempatkan SDM unggul sebagai prioritas nasional
• Permendikbudristek tentang Pendidikan di Daerah Khusus
• Program Indonesia Emas 2045, yang memerlukan akselerasi pengembangan SDM di seluruh wilayah, termasuk perbatasan.
Namun, pelaksanaan regulasi ini masih sering terbentur oleh koordinasi antar-lembaga yang lemah dan keterbatasan anggaran. Karena itu, perlu mekanisme insentif daerah dan penguatan monitoring-evaluasi program SDM secara tematik dan terintegrasi.
Harapan: Menyemai Harapan di Ujung Negeri
Membangun SDM unggul di daerah perbatasan adalah tugas kebangsaan. Ini bukan sekadar tentang pendidikan atau pelatihan, melainkan tentang kehadiran negara dalam arti sesungguhnya: menghadirkan kesempatan yang setara, merawat martabat warga, dan menciptakan masa depan yang layak bagi seluruh anak bangsa dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote.
Kita tidak boleh membiarkan perbatasan menjadi halaman belakang republik. Justru dari sanalah, wajah Indonesia ditampilkan ke dunia. Jika SDM di perbatasan kita kuat, maka perbatasan akan tangguh. Dan jika perbatasan tangguh, Indonesia akan semakin kokoh.


