GOWA, UJUNGJARI.COM — Kurang lebih 30-an pengrajin dan pengusaha busana adat di Sulsel mengikuti pameran Busana Adat Makassar yang berlangsung lima hari di Baruga Adat Taman Budaya Benteng Somba Opu, di Jl Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa.

Ajang yang resmi dibuka oleh Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulsel pada Senin (24/11) ini diwarnai parade tarian adat Makassar serta adu karya hasil produksi seni merias pengantin dan pameran berbagai kelengkapan busana adat suku Makassar dan Bugis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala UPT Taman Budaya Benteng Somba Opu Nurwati menyebutkan, kegiatan ini adalah bagian dari program kerja UPT Taman Budaya Somba Opu. Tujuannya adalah memamerkan berbagai busana adat dan kelengkapan busana adat se-Sulsel. Hanya saja peserta pameran kali ini sedikit kurang yakni hanya sebanyak 20 stand peserta masing-masing 15 grup untuk kelompok perias pengantin adat Sulsel dan 5 grup komunitas sanggar pameran adat.

Khusus untuk perias pengantin ini merupakan gabungan dari Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Kabupaten Gowa. Untuk anggota HARPI dan komunitas sanggar pameran busana adat ini di Sulsel jumlahnya kurang lebih seribuan sanggar.

“Alhamdulillah meski peserta terbilang kurang namun suasana pameran sangat hidup karena adanya interaksi langsung dari para peserta dengan pengunjung yang masuk, juga adanya beragam warna dan filosofi yang ditampilkan pengrajin melalui hasil karyanya. Rerata busana adat suku Makassar dan Bugis cerah dan ngejren. Permainan warna cerah ini memberikan filosofi tegas dan berani, ” kata Nurwati.

Kegiatan yang didanai oleh DAK Menbud RI melalui pos Dinas Parbud Sulsel dan UPT Taman Budaya Somba Opu sebagai pelaksana ini, berjalan dengan lancar selama lima hari atau hingga Kamis (27/11) lusa.

“Hasil yang ingin kita capai dari terselenggaranya pameran busana adat Sulsel ini adalah meningkatnya minat dan apresiasi masyarakat terhadap busana adat daerah, terjalinnya kerjasama antar sanggar seni komunitas budaya dan Pemprov, terciptanya ruang kreatifitas dan inovasi bagi para perias pengantin, desainer dan kelompok seni budaya lokal, ” jelas Nurwati.

Sementara itu Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulsel Dr Muh Arafah berharap kegiatan ini memang patut diapresiasi dan harus dilestarikan.

“Pemprov selalu menjaga kelestarian budaya. Dan salah satu budaya yang paling sederhana dan harus dilestarikan adalah budaya busana adat dan cara merias pengantin adat secara baik. Kegiatan seperti ini memang harus selalu diaktifkan karena setidaknya akan mampu mengedukasi masyarakat kita mencari bakat-bakat atau talenta-talenta berpotensi mengembangkan budaya adat kita. Dan tentu dengan kehadiran pameran seperti ini bisa menggali potensi bakat para siswa SMA untuk lebih paham adat budaya kita. Dan sisi lainnya, bakat budaya ini bisa menular ke generasi muda. Bagaimana mereka mencintai budaya sendiri, tahu kecantikan khas budaya sendiri sehingga bisa menarik minat wisatawan datang menikmati budaya adat kita tanpa jeda,” kata Arafah.

Dikatakannya, dalam perkembangan zaman perlu ada intervensi dari orang yang betul-betul memahami metodologi.

“Yaa harus ada intervensi, bagaimana mengembangkan busana khas daerah seperti batik lontara’, sutera cura’ labba’, cura’ tangnga, cura’ caddi dan lain-lain yang menjadi ciri khas kita. Inilah harapan kita agar nantinya teman-teman dari Kementerian Ekonomi Kreatif melakukan kurasi sehingga yang masih kurang bagus atau kurang bisa bersaing, kedepan bisa dioptimalkan sehingga karya kita dapat bersaing secara global. Dan Sulawesi Selatan bisa tampil sama dengan daerah lain, ” tambahnya.

Arafah juga berharap, masyarakat bisa merasakan bahwa pemerintah punya perhatian. Di Sulsel ini ada sekitar seribuan sanggar seni budaya.

Menurutnya pameran busana adat yang digelar ini, belum maksimal lantaran peserta yang ikut baru dari Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Diakuinya banyak potensi budaya yang dimiliki seluruh daerah di Sulsel.

“Peserta pameran busana adat ini hanya diikuti para pengrajin dan komunitas sanggar seni dari Gowa dan Makassar, belum masuk dari Barru, Pangkep dan lainnya. Yang jelas untuk sanggar seni itu terdata sudah seribuan lebih sanggar. In shaa Allah, Disparbud akan selalu hadir di setiap momen demi mengembangkan potensi sumber daya budaya adat kita, ” tambah Kadis Parbud Sulsel.

Terpisah, salah satu peserta pameran yakni Rustiah dari pengrajin Patonro Pusaka asal Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa mengatakan dalam event pameran budaya ini menampilkan produksinya sendiri seperti Patonro’ atau kain Passapu’ dan alat kelengkapan busana adat suku Makassar-Bugis dan suku lainnya seperti Tana Toraja.

Menurut Rustiah, kegiatan ini sangat bagus karena selain memasarkan karyanya juga mempromosikan bahwa banyak pengrajin yang punya produksi berkualitas.

Diakuinya, selama ini banyak memproduksi kostum adat Makassar-Bugis bahkan sampai Tana Toraja. Dan sudah memasarkannya bukan hanya dalam daerah sendiri tapi hingga ke daerah lainnya. Karya pun aneka motif tergantung pesanan customer.

“Paling banyak saya produksi adalah ikat kepala jenis Passapu’ atau Patonro’ dengan bahan berkualitas namun harga terjangkau. Kedepannya saya selaku pengrajin berharap pemerintah terus melakukan kegiatan ini selain sebagai pembinaan juga sebagai ajang pemasaran bagi kami, ” kata Rustiah. –