MAKALE, UJUNGJARI.COM — Ratusan eks karyawan PT Malea Energi di PHK, bersama Forum Mahasiswa Toraja (Format), tergabung dalam Aliansi Masyarakat Toraja Menggugat (AMTM), Senin (27/7) demo di DPRD Tana Toraja.

Aksi demo memanas, saat orator pendemo silih berganti menyampaikan orasinya, kemacetan lalulintas depan gedung DPRD Tana Toraja pun tak terhindarkan, meskipun mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian dipimpin Kapolres AKBP Lilik Tribhawono, beserta jajarannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kordinator lapangan (Korlap) aksi Bronson Juis Sumalong (Boron), tegaskan dampak kerusakan lingkungan dengan hadirnya PT Malea, dirasakan masyarakat dengan berkurangnya debit air sungai Saddang sumber kehidupan masyarakat sekitar PT Malea.

Demikian pula situs budaya Sapan Deata bagian terpenting dari peradaban budaya lahirnya raja di Sulawesi Selatan, kata Boron.

Sambung Boron, mengingat banyaknya persoalan dirasakan masyarakat setelah terbangunnya PT Malea, Alianai Masyarakat Toraja Menggugat  menuntut PT Malea ditutup.

“Kami ingin lingkungan hidup telah dirusak PT Malea segera dipulihkan, demikian pula normalisasi sungai Saddang, pembuatan terowongan, kembalikan situs Sapan Deata, ganti rugi kebun dan sawah rusak, perbaikan infraatruktur jalan rusak, dan ganti nama PT Malea, serta pemberdayaan masyarakat lokal diutamakan, bagian terpenting dari tuntutan AMTM,” tutur Boron.

Setelah demo dan berirasi beberapa jam, perwakilan pendemo diterima oleh Wakil Ketua DPRD Yohanis Lintin Paembongan, didampingi ketua komisi II Semuel Pali Tandirerung, Yan Anggong Kalalembang, dan Lita. Aspirasi mereka diterima diruang lobi DPRD Tana Toraja. (agus)