Berita
Taruna Ikrar Kepala BPOM RI Tegaskan Komitmen Global dalam Meningkatkan Mutu Obat di Forum Asia Pasifik
TOKYO, UJUNGJARI.COM – Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menjadi pembicara kunci dalam acara 4th USP Asia Pacific (APAC) Convention Regional Chapter Meeting pada sesi bertema “Quality Imperatives: Impact of Poor-Quality Medicines on Supply Chain Integrity”, Senin (9/9/2024).
Acara yang digelar di Iino Hall & Convention Centre, Tokyo, Jepang mengusung tema “Quality Imperatives: Impact of Poor-Quality Medicines on Supply Chain Integrity” dengan fokus membahas pentingnya menjaga mutu produk farmasi dan dampak obat bermutu rendah terhadap integritas rantai pasokan global.
Salah satu topik utama yang disorot adalah kasus cemaran dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dalam sirop obat anak-anak, yang memicu peningkatan kasus gagal ginjal akut di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Kasus ini menegaskan betapa pentingnya sinergi antara BPOM dan industri farmasi dalam menjaga keamanan obat, khususnya melalui transparansi pelaporan bahan baku serta pengujian kualitas yang lebih intensif.
BPOM telah melakukan beberapa langkah konkret dalam merespons krisis ini, termasuk pelarangan sementara penggunaan sirop obat, pengawasan kualitas yang lebih ketat di semua tingkatan produksi dan distribusi, serta pemberian sanksi tegas kepada industri farmasi yang terbukti melanggar standar keamanan.
Selain itu, BPOM juga telah memberdayakan laboratorium lokal dan mengadakan pelatihan intensif bagi tenaga kesehatan untuk lebih waspada terhadap potensi cemaran dalam produk farmasi.
“Kolaborasi internasional menjadi kunci dalam penanganan krisis cemaran ini. Dengan bekerja sama dengan para ahli dari berbagai negara, kita dapat berbagi informasi, sumber daya, serta praktik terbaik. Melalui jaringan kerja sama yang solid, kita bisa merespons lebih cepat dan mencegah kejadian serupa di masa depan,” jelas Taruna Ikrar.
Dalam paparannya, Taruna Ikrar juga memaparkan rencana jangka panjang BPOM untuk memperkuat regulasi dan pengawasan farmasi.
Hal ini mencakup pengembangan teknologi pengujian obat yang lebih canggih, serta peningkatan kerja sama riset internasional untuk membangun sistem deteksi dini yang lebih akurat terhadap risiko cemaran di masa mendatang.
BPOM juga menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan internasional, seperti United States Pharmacopeia (USP) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), guna meningkatkan standar mutu obat di Indonesia.
Salah satu fokus utama BPOM adalah kerja sama dengan USP untuk menetapkan standar mutu tidak hanya untuk obat-obatan, tetapi juga suplemen kesehatan, bahan pangan, dan produk kesehatan lainnya. Hal ini penting dalam memperkuat regulasi farmasi di tingkat global.
dibaca : 298