Politik
Tahfidz Tak Ingin Maros Hanya Dikenal karena Betonisasi
MAROS, UJUNGJARI– Usai debat publik perdana, paslon nomor urut 1 Pilkada Maros 2020, Andi Tajerimin-Havid S Fasha kembali fokus menyapa masyarakat. Berbagai agenda silaturahmi, dari kota hingga pelosok desa, disiapkan.
Tajerimin menuturkan bahwa waktu yang tersisa jelang pencoblosan harus dimanfaatkan betul. Lima program gratis dan 18 program unggulan Tahfidz (akronim Tajerimin-Havid) mesti diketahui khalayak, sedetail mungkin.
“Sebab semuanya riil dan bisa dieksekusi. Bukan program mengawang-awang dan lip service semata,” ujar Tajerimin, Jumat, 30 Oktober 2020.
Dia pun memaparkan program-program tersebut. Lima program gratis itu adalah gratis layanan kesehatan Oto Dottoro, gratis seragam sekolah “dari kepala sampai kaki”, gratis sambungan baru PDAM, gratis biaya bantuan hukum, serta gratis perlengkapan mayat, biaya ambulans, dan biaya pemakaman untuk warga sejahtera.
“Pemerintah menjamin hak dasar warga, dari lahir bahkan sampai mati,” tambahnya. Oto Dottoro misalnya. Masyarakat Maros yang selama ini kerap disulitkan dengan layanan rumah sakit yang berbelit dan mahal, justru yang akan didatangi.
Ada juga beasiswa pendidikan. Dari S1 hingga program doktor. Bagian dari upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Kabupaten Maros.
Sedangkan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan di masyarakat, Tahfidz punya berbagai program ekonomi.
Ada penyediaan 10 ribu lowongan pekerjaan. Pembangunan bendungan untuk pengairan pertanian dan air bersih. Pembangunan pelabuhan dan kawasan pergudangan. Pendirian balai latihan kerja. Revitalisasi kawasan pariwisata. Mendorong 100 startup anak milenial. Mendorong kredit tanpa bunga untuk UMKM. Revitalisasi pasar rakyat.
“Program-program itu adalah rangkuman dari berbagai keluhan masyarakat selama ini,” tambah Havid.
Maros menurut Tajerimin selalu coba dicitrakan maju dengan infrastruktur jalan saja. Betonisasi. Padahal tak jauh dari jalan itu, ada rumah-rumah, ada pemukiman yang penghuninya meradang karena kebutuhan dasar tak terpenuhi. (*)
dibaca : 42