HAMBURG, UJUNGJARI.COM — Lebih 650 orang pengunjung meramaikan Lange Nacht der Konsulate 2025. Acara ini digelar KJRI Hamburg pada Rabu (30/4) kemarin di kompleks konsulat dan mengusung tema ‘Vier Stunden in Nord Sumatra’ (Empat Jam di Sumatra Utara).

Suasana hangat dan meriah terasa di KJRI Hamburg. Bahkan nuansa Indonesia begitu kental terasa lantaran KJRI Hamburg menyuguhkan pengalaman budaya yang memikat dengan menggabungkan kekayaan tradisi, sejarah, musik dan kuliner Sumatra Utara, salah satu provinsi yang dikenal paling dinamis di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Acara ini bukan hanya memperkenalkan Sumatra Utara sebagai destinasi budaya dan wisata yang unik, tapi juga merayakan hubungan panjang dan hangat antara Indonesia, khususnya Sumatra Utara dengan wilayah Jerman Utara.

Salah satu momen paling berkesan malam itu adalah pameran foto dan presentasi tentang Batakhaus di Werpeloh, sebuah rumah adat Batak yang dibangun pada tahun 1978 di desa kecil Werpeloh, Jerman.

Di balik bangunan unik ini ada kisah inspiratif Pastor Matthäus Bergmann, seorang imam Kapusin yang meski tak bisa berangkat ke Indonesia karena alasan kesehatan, tetap menjalin hubungan erat dengan budaya Batak melalui saudaranya yang bertugas sebagai misionaris di Sumatra dan lewat keterlibatannya di Kapusin Mission Procuratorate di Münster.

Lewat semangat gotong royong warga Werpeloh, Batakhaus akhirnya berdiri sebagai simbol persahabatan lintas budaya yang masih aktif digunakan hingga hari ini. Lebih dari 45 tahun sejak pertama kali diresmikan.

Tak jauh dari Werpeloh, dari pulau Nordstrand di Laut Utara, muncul pula sosok Ludwig Ingwer Nommensen, seorang misionaris asal Jerman yang berperan penting dalam sejarah masyarakat Batak.

Selain menyebarkan ajaran agama, Nommensen juga memperkenalkan sistem pendidikan dan literasi yang berpengaruh besar hingga kini. Namanya kini diabadikan dalam Universitas HKBP Nommensen di Medan, dan Nordstrand pun tetap menjadi tempat ziarah penting bagi umat Batak Kristen.

Malam itu, suasana semakin semarak dengan pertunjukan budaya khas Sumatra Utara. Lagu-lagu tradisional dibawakan secara elegan dalam aransemen piano yang menyentuh hati. Sementara gondang Batak mengajak hadirin ikut bergoyang dan berpartisipasi dalam workshop menortor. Gondang Batak adalah tarian khas Batak yang penuh semangat dan kebersamaan.

Sementara dalam bazaar kuliner kegiatan itu, para pengunjung bisa mencicipi makanan-makanan favorit seperti lontong Medan, mi gomak, dan bika Ambon. Aneka jenis makanan itupun ludes diserbu antusiasme para tamu.

Konjen RI Hamburg Renata Siagian, mengatakan, melalui acara tersebut, pihaknya ingin membawa masyarakat Jerman mengenal Sumatra Utara lebih dekat. Baik dari budayanya, sejarahnya dan kedekatannya yang istimewa dengan Jerman Utara.

“Semoga malam ini menjadi jembatan baru yang mempererat persahabatan dan saling pengertian antara Indonesia dan Jerman, ” kata Renata Siagian. –