Oleh: Arifai Ilyas
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen FEB Unhas

DI
tengah perubahan lanskap ekonomi global dan nasional, digitalisasi telah menjadi kekuatan pendorong utama dalam transformasi dunia usaha. Di Indonesia, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian, menyumbang sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional yang setara dengan lebih dari Rp 9.500 triliun pada tahun 2023 dan lebih dari 113 juta orang yang bekerja di sektor UMKM menyerap lebih dari 97% tenaga kerja Nasional (netralnews.com:2025).

Namun, meskipun kontribusinya besar, UMKM masih menghadapi berbagai tantangan struktural, termasuk keterbatasan akses pasar. Dalam konteks inilah, pemasaran digital menjadi instrumen strategis untuk mendorong daya saing dan keberlanjutan UMKM di era ekonomi digital.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Digitalisasi: Peluang Besar bagi UMKM

Era digital membawa peluang besar bagi UMKM untuk memperluas jangkauan pasar tanpa harus membuka cabang fisik di berbagai wilayah. Melalui platform digital seperti media sosial, e-commerce, dan website bisnis, UMKM dapat menjangkau konsumen lintas kota bahkan lintas negara dengan biaya relatif rendah. Pemasaran digital memungkinkan pelaku usaha menjual langsung ke konsumen (B2C) maupun ke sesama pelaku usaha (B2B) melalui ekosistem digital yang dinamis dan terus berkembang.

Transformasi digital UMKM telah menjadi salah satu fokus utama pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Program seperti UMKM Go Digital dari Kementerian Koperasi dan UKM, pelatihan digital marketing oleh Kementerian Kominfo, serta pendampingan oleh berbagai marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak, menunjukkan adanya ekosistem yang mulai tumbuh untuk mendukung digitalisasi sektor ini.

Namun, terlepas dari berbagai inisiatif tersebut, masih banyak UMKM yang belum mampu mengoptimalkan pemasaran digital secara efektif. Tantangan mulai dari keterbatasan literasi digital, minimnya pemahaman strategi pemasaran online, hingga kurangnya sumber daya untuk memproduksi konten berkualitas, menjadi hambatan nyata yang perlu diatasi secara sistemik.

Tantangan Nyata dalam Pemasaran Digital UMKM

Beberapa tantangan utama yang dihadapi UMKM Indonesia dalam penerapan pemasaran digital antara lain:
1. Literasi Digital yang Rendah

Banyak pelaku UMKM masih belum memahami bagaimana cara menggunakan media sosial secara strategis untuk bisnis, membuat kampanye iklan digital, atau mengelola toko online secara profesional. Sebagian besar baru menggunakan platform digital secara pasif, seperti hanya memposting produk tanpa strategi pemasaran yang terukur.

2. Minimnya Sumber Daya dan Akses Teknologi

UMKM skala mikro seringkali tidak memiliki sumber daya untuk merekrut tenaga pemasaran digital atau membeli alat pendukung seperti software desain, tools analytics, atau iklan berbayar. Ketergantungan pada metode promosi tradisional masih tinggi.

3. Kurangnya Pemahaman Branding dan Positioning

Banyak pelaku UMKM belum memiliki brand identity yang kuat atau keunikan produk yang ditonjolkan secara konsisten. Akibatnya, produk sulit bersaing di pasar digital yang sangat kompetitif.

4. Keterbatasan dalam Analisis Data dan Strategi Berbasis Insight

Dalam pemasaran digital, kemampuan membaca data (data-driven marketing) sangat penting. Sayangnya, masih sedikit UMKM yang memanfaatkan fitur insight atau analitik yang tersedia di platform seperti Instagram, Google, atau Shopee untuk mengevaluasi dan menyempurnakan strategi mereka.

Strategi Mengoptimalkan Pemasaran Digital UMKM

Agar pemasaran digital benar-benar menjadi pengungkit daya saing UMKM, perlu pendekatan yang terstruktur dan adaptif. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1. Meningkatkan Literasi dan Kapasitas Digital Pelaku UMKM
Program pelatihan digital marketing harus terus diperluas dengan pendekatan praktis dan berjenjang. Materi pelatihan tidak hanya mencakup teknis penggunaan platform, tetapi juga strategi konten, penentuan target pasar, dan manajemen iklan. Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan komunitas digital dapat mempercepat peningkatan kapasitas ini.

2. Membangun Identitas Merek yang Kuat

Pemasaran digital bukan hanya soal memposting produk, tetapi juga membangun cerita dan nilai
merek (brand storytelling). UMKM perlu belajar menampilkan keunikan produknya secara menarik dan konsisten. Misalnya, dengan menampilkan proses pembuatan, latar belakang budaya, atau manfaat produk secara visual dan naratif yang menyentuh emosi konsumen.

3. Optimalisasi Media Sosial dan Marketplace

Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook sangat efektif untuk awareness, sementara marketplace seperti Tokopedia dan Shopee efektif untuk konversi penjualan. Kombinasi strategi pemasaran di kedua kanal ini akan meningkatkan efektivitas kampanye. UMKM harus memanfaatkan fitur-fitur seperti live streaming, promosi bundling, dan kolaborasi dengan influencer mikro yang relevan dengan segmen pasar mereka.

4. Penerapan Data Analytics dalam Pengambilan Keputusan

UMKM perlu mulai mengandalkan data untuk membuat keputusan pemasaran. Dengan memahami demografi pengikut, waktu terbaik untuk posting, performa konten, hingga kata kunci pencarian, UMKM dapat menyesuaikan strategi mereka agar lebih tepat sasaran dan efisien. Platform gratis seperti Google Analytics dan Meta Business Suite dapat digunakan sebagai langkah awal.

5. Kolaborasi dengan Ekosistem Digital Lokal

UMKM bisa memanfaatkan komunitas digital, inkubator bisnis, atau coworking space yang menyediakan pendampingan digital marketing. Kolaborasi dengan startup digital lokal yang menyediakan jasa pemasaran murah, desain konten, atau teknologi CRM (Customer Relationship Management) juga bisa menjadi solusi bersama.

Peran Pemerintah dan Pemangku Kepentingan

Pemerintah perlu terus memperkuat ekosistem digital UMKM melalui:
 Infrastruktur dan Akses Internet Merata
Digitalisasi hanya akan berhasil jika akses internet merata dan stabil, terutama di daerah rural tempat banyak UMKM berada.

 Insentif dan Pendampingan Teknologi
Pemberian insentif seperti subsidi untuk tools digital, cloud storage, atau iklan berbayar bisa membantu UMKM memulai digitalisasi. Pendampingan oleh mentor digital secara berkelanjutan juga dibutuhkan agar UMKM tidak berhenti di tengah jalan.

 Integrasi dengan Program Pemulihan Ekonomi
Pemasaran digital UMKM perlu dikaitkan dengan program pemulihan ekonomi dan pembukaan akses pasar ekspor. Misalnya, melalui program showcasing produk UMKM digital ke buyer internasional, atau pembinaan pelaku UMKM untuk masuk ke platform global seperti Amazon dan Alibaba.

Harapan: Saatnya UMKM Naik Kelas Lewat Digital Marketing

Peningkatan daya saing UMKM bukan sekadar slogan, melainkan kebutuhan nyata dalam menghadapi tantangan ekonomi masa kini. Digitalisasi pemasaran adalah pintu masuk utama bagi UMKM untuk naik kelas, memperluas pasar, dan memperkuat daya tahan usaha.

Namun, optimalisasi pemasaran digital membutuhkan dukungan ekosistem: dari peningkatan kapasitas SDM, penguatan infrastruktur, hingga kebijakan afirmatif dari negara. Dengan kolaborasi semua pihak pemerintah, pelaku usaha, masyarakat digital, dan akademisi UMKM Indonesia dapat menjadi aktor utama dalam transformasi ekonomi digital nasional.

Jadikan pemasaran digital bukan hanya alat, tetapi strategi utama untuk mewujudkan UMKM yang berdaya saing, mandiri, dan berkelanjutan.